RS Mata Dr. Yap
Keratoplasty

Keratoplasty atau transplantasi kornea adalah tindakan operasi pada mata yang bertujuan mengganti kornea mata yang rusak dengan kornea baru (kornea donor). Kasus kebutaan yang diakibatkan oleh kelainan kornea sangat banyak jumlahnya. Penyebab yang tertinggi ialah infeksi kornea karena jamur dan bakteri, disusul dengan kelainan kornea bawaan dan idiopatik.

Indikasi Perlu Dilakukannya Keratoplasty

  • Optik :
  • Memulihkan penglihatan sehingga pasien dapat melihat lebih jelas.
  • Terapetik :
  • Menghilangkan kelainan kornea yang dapat merusak bola mata. Misal : infeksi bakteri atau jamur.
  • Tektonik :
  • Memperbaiki struktur kornea yang sudah tipis/bolong yang dapat mengancam keutuhan bola mata.

Pelaksanaan tindakan keratoplasty cukup cepat. Donor mata yang sudah meninggal akan diambil korneanya selambat-lambatnya 6 jam setelah kematian. Kemudian kornea tersebut akan dicangkokkan dalam waktu kurang dari 24 jam setelah diambil. Setelah dilakukan cangkok kornea, dalam kurun waktu tertentu resipien diberikan obat-obatan tetes mata maupun obat yang diminum secara teratur.


Jenis Operasi Keratoplasty

  • Penetrating Keratoplasty
  • Seluruh lapisan kornea diganti dengan donor kornea. Misal: Intralase Enabled Keratoplasty (IEK)
  • Lamelar Keratoplasty
  • Hanya sebagian lapisan kornea yang diganti. Teknik Lamellar Keratoplasty terdiri dari dua jenis, yaitu: Deep Anterior Lamellar Kerotaplasti (DALK) yang ditujukan untuk mengganti sebagian besar lapisan depan kornea termasuk bagian kornea yang lebih dalam, dan Descemets Stripping Automated Endothelial Keratoplasty (DSEK) untuk mengganti lapisan tipis kornea terdalam melalui lubang atau sayatan kecil tanpa jahitan. 

Keratoplasty merupakan prosedur yang cukup aman. Komplikasi paska bedah yang kemungkinan dapat timbul antara lain reaksi penolakan/rejeksi terhadap kornea donor, peningkatan tekanan bola mata, dan infeksi paska bedah. Reaksi penolakan umumnya dapat terjadi pada tahun pertama. Hal ini disebabkan kornea donor ditolak oleh sistem imunitas tubuh resipien. Kecepatan menangani penyulit dan ketaatan pasien mengikuti jadwal kontrol serta pemakaian obat ikut berperan mengurangi kemungkinan terjadinya reaksi penolakan.